Pada jurnal MAHIR MENYAIR sebelumnya, saya utarakan sedikit lelah yang dirasa akan mengganjal di hari depan. Dan benar saja, minggu berikutnya, jurnal terbitan ketujuh yang harusnya rilis, tidak berhasil saya tulis. Entah rupa aslinya “kelelahan” itu seperti apa. Hanya saja, saya merasa berat untuk terus menulis dan melanjutkan jurnal ini.
Namun, saya masih merasa perlu untuk secara rutin membagikan apa yang sedang dikerjakan dalam ranah proses kreatif saya berlatih menulis puisi. Maka, dengan melawan rasa lelah ini, saya persembahakan jurnal MAHIR MENYAIR terbitan ketujuh ini untuk kawan-kawan semuanya.
Semoga hari-hari kawan-kawan semuanya terasa ringan dan menyenangkan. Jika terasa berat, semoga beratnya menambah keberkahan di setiap tapak langkah kaki yang diarahkan menuju masa depan. Mari saling mendoakan agar apa yang hendak kita pelajari menjadi lebih mudah dipahami.
Selamat menikmati jurnal MAHIR MENYAIR terbitan ketujuh. Terus berlatih dan berkarya dari hati.
Berikut 7 hal yang menurut saya layak dibagikan minggu ini:
“... umumnya penyair-penyair kenamaan memiliki frasa yang menjadi simbol dan karakter buat dirinya sendiri. Yang dimaksud di sini, misal, Chairil Anwar dengan ‘jalang’ , Amir Hamzah dengan ‘sunyi’, Seno Gumira dengan ‘senja’ dan Joko Pinurbo dengan ‘celana’. Tentu saja, Sapardi teguh-teduh dengan serba-serbi ‘hujan’.” —kumparanNEWS
“... media sosial akan menjadi wadah yang baik bagi penciptaan puisi-puisi seandainya para penulis sendu itu mempunyai semangat berkarya seperti para penyair besar.” —Arip Apandi
“... semua penyair besar adalah mereka yang punya kebiasaan maniak membaca. Sapardi itu pembaca puisi-puisi Shakespeare.” —Arip Apandi
“Saya menulis puisi bermaksud menyalurkan pikiran-pikiran/ide-ide kreatif saya tentang bagaimanakah seseorang tersebut bisa berbuat baik, setelah membaca puisi itu. Tidak hanya wejangan dan pitutur atau petuah saja, tapi juga terkadang berisi kritik, agar manusia tergelitik dengan kesalahan yang ada dalam dirinya selama ini.” —Aming Aminoedhin
“Bagi Ismail Marzuki, yang cerlang dan gemilang tak harus berada dalam terang. Yang cerlang dan gemilang hanya tampak di dalam kegelapan.” —Taufiq Wr. Hidayat
Buku puisi: “suaramu menggambar jendela di dadaku / lalu seseorang akan datang membukanya / -kau tahu siapa dia” —Sejumlah Perkutut Buat Bapak, Gunawan Maryanto
Nasihat penyair: “Penyair yang baik adalah dia yang jeli mengamati hubungan-hubungan kata. Ia memahami benar makna denotatif setiap kata. Ia cermat melihat kemungkinan-kemungkinan pemindahan makna-makna itu untuk menciptakan pengucapan yang khas, menciptakan makna-makna konotatif baru, dan menciptakan metafora yang segar dalam puisinya.” —Hasan Aspahani
Terima kasih sudah membaca! Buletin ini adalah publikasi buatan tangan dan sepenuhnya didukung oleh pembaca. Kami berusaha agar buletin ini terbit setiap hari Jumat—dan kamu dapat membantu mempertahankannya dengan menjadi pelanggan berbayar, meneruskan buletin kepada kawan, atau bahkan cukup mengeklik tombol “suka” di bawah.
Oh, ya. Jika kamu ingin mendukung kerja kreatif kami, silakan membeli buku-buku dan produk digital original di @kerjarasa (Bayar sesukamu khusus bulan November 2023). Kami juga mengelola agensi kreatif bernama @perajinkatacom yang siap bantu kamu menyelesaikan segala macam permasalahan penulisan kreatif, sastra, dan media sosial, bahkan identitas jenama (brand identity).
Dapatkan kiat praktis memahami + menulis puisi di @mahirmenyair. Monetisasi puisimu dan tingkatkan pendapatan pasif serta pendapatan aset digitalmu bersama penerbit digital @ruangrasaproject.
Tabik!
AGOY TAMA
Penyair Digital, Founder Ruangrasa Project